Kamis, 14 Juli 2011

SAMSAT DEPOK

stressssssss 

itulah kalimat pertama yang gw alami selama mengurus stnk gw yang hilang entah gw lupa taro dimana abiz di pinjam ama bokap gw, ternyata samsat seisinya yang gw ketemuin pungli semua,
bayangin aja tiap loket gw bayar semua dari cek pisik, TU, pedaftaran and yang resminya seeh gpp seharusnya gw tuuh bayar cuma 80 ribu abiz gw tanya ama  temen2 gw eh ternyata
cek pisik 30ribu
TU 30ribu
Daftar doank 50ribu
Bayar cetak 50ribu
kalo resmi seeh gpp tuh kayak bayar cetak ama TU
rugi gw untung uang gw pass
and gw tanya polisi juga ternyata CALO semua yang gw tanyain gileee
tambah lagi polisi nya PD dateng langsung ngusir yang bediri di loket and dia bayarin kagak tau punbya siapa, yang jelas gw liat transaksinya passs lagi di parkiran depan
dosa tuuh orang :D
kayak gw tuhan aja yaaaa


depok, 14 juli 2011
depan emperan SAMSAT DEPOK

Rabu, 13 Juli 2011

Who am i ?????


siapa seeh gw ini yang nulis blog ini, okelah kalo begitu secara kelahiran gw yang tepatnya pas lagi bulan ramadhan maka gw ama emak gw di kasih nama GILANG IHSAN RAMADHAN MOKOGINTA entah kenapa gw di kasi nama gilang gw sendiri kagak tau artinya apa tapi setelah gw teliti sendiri (*gaya detektip) ternyata gw brojol dari perut emak gw pas azan maghrib berkumandang naah pas banged tuh si dokter baru nyeruput kopi satu kali, eh nongol gw kata si dokter "duuh ngerepotin ajah neeh bocah" , jadi ngelantur deeh :( gini azan maghrib kan suaranya enak banged yaa, nah makanya gw identikin yang namanya moto kopi lisensi gw atas nama manusia bernama GILANG.Co biasa identik suka ama musik, betul gk? gk usah jauh-jauh yang tenar ajah namanya GILANG RAMADHAN dy tuhh hoby amad ama ngeben, bukan ngeben conk yaaaa, awas gw habeg tuh orang ^_^ yaah itu lah menurut versi gw, and gw juga hoby ama yang namanya MUSIK, gmana yah kalo dunia tanpa musik, kayaknya hampa banged deeh, pernah nyoba gk seeh nulis blog kayak gini nothing music to listen, makanya gw anggap music tuuh my essential life. and also gw juga seneng amad yang namanya traveling alias backpacker gitu (xixixixi) maklum gw orang susah ekonomi seeh :) but gw enjoy aja jalanin idup gw ini, oia gw belom ngenalin gw anak siapa yaah? gw adalah anak dari pasangan suami dan istri ayah gw namanya Drs. Sarimin and bunda gw Dra.Hannie Ankie Peggy Mokoginta, and makan juga hoby banged duunk bayangin aja manusia mana kagak hoby makan pasti makannya lebih 1x dari sehari masalah lauk seeh gw doyan banged ama tempe orek di kecapin. udah ah sampe sini aja kenalannya
bye-bye wassalam :)

Selasa, 04 Agustus 2009


Kepekaan Musisi Terhadap Nada dan Bentuk Otak

Kesempurnaan mengenal nada rupanya bermula di otak. Ahli neurologi Amerika Serikat Gottfried Schlaug menemukan satu sektor otak yang memprakarsai kemampuan kemampuan mengenal nada musik dengan tepat. Sektor ini berada di planaum temporale, lapisan luar otak yang memproses bunyi verbal dan nonverbal. Schlaug mendapatkan, planum temporale bagian kiri para musisi profesional lebih besar ketimbang bagian kanan. Makin besar perbedaan makin sempurna pengenalan nada itu. Schlaug bahkan menemukan asimetri planum temporale itu tiga banding satu antara musisi dan non musisi.
Bermain organ sebelum mendalami kedokteran, schlaug masih belum yakin apakah planum temporale yang asimetri dan talenta musik dibawa sejak lahir, ataukah asimetri ini merupakan resultantedari latihan dan berpraktik bermusik. Kecurigaan inidilandasi olehfakta bahwa anak-anak belajar musik umumnya mulai pada umur tujuh tahun.
Riset yang dilakukan Schlaug –kini bekerja di Rumah Sakit di Beth Israel di Boston- dan Helmuth Steimetz dari Universitas Heinrich Heine, dusseldorf dipublikasikan lewat jurnai science edisi 3 Pebruari 1995. Schlaug sendiri pada mulanya meniup flute ketika masih berumru enam tahun. Pada umur sembilan tahun ia mulai belajar organ. Dikaitkan dengan otaknya sendiri, studi ini memperkuat keraguannya mengenai mana yang lebih dulu: asimetri otak atau bakat musikal.
Schlaug dan Steinmetz mempelajari otak 30 musisi profesional, 11 yang peka mengenal nada dan 19 yang tidak peka. Sampel kemudian digabung dengan sampel yang terdiri dari 30 nonmusisi dengan distribusi pada sampel musisi. Tak satupun dari sampel non musisi yang bisa memainkan alat musik. Semua orang pada sampel bertangan kanan. Temuan Schlaug dan Steinmetz mempertegas beberapa pendapat tentang adanya kaitan asimetri otak dengan bakat musik.
Mitos Tentang Teknik-Teknik Haram
dalam Permainan Instrumen Musik
Kita tentu sering mendengar statement-statement tertentu tentang suatu teknik. Semisal untuk teknik vibrato posisi jari harus begini… untuk teknik sweep picking posisi tangan kanan dalam memegang pick harus begitu… sampai pendapat-pendapat ekstrem yang “mengharamkan” teknik tertentu.

Pendapat-pendapat semacam itu bukanlah hal baru. Nicollo Paganini (1782 – 1840) seorang  pemain violin yang berani menerobos teknik-teknik konvensional violin, pada masanya pernah menjadi cemoohan mainstream pemain violin. Tetapi pada masa lain telah pula mengilhami gitaris bernama Yngwie Malmsteen (1963 - …. ). Apa yang diperagakan Paganini dapat anda bayangkan dengan membandingkan permainan Yngwie namun di atas fingerboard violin. Dan dalam teknik violin konvensional, teknik paganini tidak diakui.
Teknik bending dalam gitar elektrik merupakan sebuah teknik dasar yang sangat populer, namun dalam gitar klasik teknik ini bukanlah teknik yang wajar untuk diterapkan (meskipun kenyataannya ada pula gitaris klasik yang memanfaatkan teknik ini dalam permainannya). Sementara vibrato dengan pergelangan tangan, dalam estetika gitar rock memiliki nilai yang sangat tinggi, tapi jika diterapkan dalam gitar klasik akan dianggap sebagai sebuah kesalahan teknik karena vibrato dengan teknik tersebut tidak hanya menggoyang nada, tetapi lebih jauh telah merubah pitch suatu nada ke nada yang lain.

Standar fingering untuk gitar elektrik adalah memainkan empat jari dari jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking. Dengan memainkan empat jari, permainan menjadi lebih efektif. Jangkauan nada menjadi lebih luas. Namun banyak gitaris-gitaris blues dan jazz yang jari kelingkingnya sama sekali tidak berfungsi namun tidak mempengaruhi nilai artistik dari musik yang mereka mainkan.

Teknik petik standar dalam gitar elektrik adalah menggunakan pick. Kemungkinan lain adalah finger picking menggunakan empat atau lima jari. Sementara pengembangan lain adalah hybrid picking yg menggabungkan antara picking standar dan fingerpicking. Sementara Bapaknya para gitaris jazz, Django Reinhardt, memainkan gitarnya dengan kuku ibu jari sebagai pick, sebuah teknik yang sangat tidak lazim. Namun sesungguhnya teknik tersebut berkembang jauh dalam melodi gitar keroncong. Memainkan melodi keroncong tanpa menerapkan teknik picking kuku ibu jari menjadi jauh lebih sulit.

Pertanyaannya adalah:

“Apakah dengan Paganini menggunakan teknik haramnya dalam violin menjadikan musik Paganini menjadi buruk?”

“Apakah permainan para gitaris blues yang tidak mampu menggunakan keempat jarinya menjadikan musik yang mereka mainkan menjadi jelek?”

“Apakah praktek tidak lazim yang dimainkan Djanggo dan para gitaris keroncong menjadikan musiknya menjadi jauh dari nilai artistik?”

Ketika kita memasuki sebuah warung makan, apakah yang disajikan di etalase adalah kompor, pisau, panci, ember dan lain-lain? Tentu bukan. Yang disajikan di etalase adalah Masakannya. Karena masakan di sini adalah tujuan atau produk, dan kompor adalah jalan atau alat produksi. Begitu pula dalam musik. Karya adalah tujuan atau produk, dan teknik adalah jalan atau alat produksi. Dalam musik Karya adalah proiritas sementara teknik hanyalah alat agar produk menjadi lebih baik.

Namun begitu, taknik-teknik standar seperti posisi fingering, picking, bending dan lain-lain adalah teknik paling efektif dari pengalaman beribu gitaris yang ada. Namun lagi, jika ada seorang gitaris tidak mampu bermain dengan teknik standar tentu tidak otomsatis menjadikan gitaris tersebut menjadi gitaris “yang tidak berguna”. Akan lebih “tidak berguna” lagi jika karyanyalah yang jauh dibawah standar.

Minggu, 21 Juni 2009

jangan bilang kalau lw musikus kalau belom bisa kaya dia...........BRAVOOOOOOOO

sekolah bertaraf International ??????

Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia, yaitu:
  • Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan. Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
  • Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya yang merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Sekolah bertaraf internasional (SBI) merupakan sekolah nasional dengan standar mutu internasional. Proses belajar mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada, Pengembangan SBI didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3. Dalam ketentuan ini, pemerintah didorong untuk mengembangkan satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Standar internasional yang dituntut dalam SBI adalah Standar Kompetensi Lulusan, Kurikulum, Prosees Belajar Mengajar, SDM, Fasilitas, Manajemen, Pembiayaan, dan Penilaian standar internasional Dalam SBI, proses belajar mengajar disampaikan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Sekolah-sekolah internasional sebenarnya merupakan bentuk penjajahan baru negara-negara barat ke negara-negara berkembang. Dengan dalih menyetandarkan dengan mutu internasional, maka kita sudah dijajah dengan keharusan mengambil kurikulum mereka, mengundang guru2 mereka. Kepayahan semakin bertambah bagi guru-guru kita yang masih belum kelar juga disertifikasi.
Daripada menghamburkan dana dengan sekolah yang tidak memihak kepada rakyat banyak, lebih baik budget pendidikan dimanfaatkan untuk perbaikan mutu guru dan mutu pendidikan secara massal. Bukankah keberhasilan pendidikan menurut UNESCO, world bank, atau badan dunia yang lain, dinilai berdasarkan prestasi anak secara massal, bukan keberhasilan satu dua anak.
Jika alasannya untuk mengundang orang asing untuk mengakui sekolah tersebut dan mengirim anaknya bersekolah di situ, maka harus diingat masih banyak anak yang ingin bersekolah di Indonesia tapi tidak bisa karena keterbatasan dana. Jika bahasa Inggris menjadi kunci utama berkompetisi, maka tambahkan saja jam pelajaran baru dan ajarkan siswa supaya fasih berbahasa, bukan saja fasih menjawab soal-soal UAN. Tidak perlu membuka SNBI. Jangan sampai terjajah lagi ! Orang (=bangsa) yang cerdas tidak akan terjebak untuk yang kedua kalinya.
Pengaruh Sekolah Bertaraf Internasional
Eksistensi Sekolah Bertaraf Internasional memiliki pangaruh terhadap kemampuan berbahasa Indonesia siswa. Salah satu bentuk pengaruh Sekolah Bertaraf Internasional adalah penggunaan bahasa asing (Inggris) sebagai alat komunikasi dalam pembelajaran dan pergaulan di sekolah tersebut. Pemakaian bahasa Inggris sebagai alat komunikasi telah menurunkan intensitas penggunaan bahasa Indonesia bagi siswa, baik dalam kegiatan belajar-mengajar maupun pergaulan di sekolah. Hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk mampu berbahasa Inggris agar mampu menyerap materi yang disampaikan.
Metode penulisan yang digunakan berupa teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Data yang mendukung isi merupakan hasil telaah dokumen kepustakaan dari beberapa ahli, arsip tertulis dan elektronik, digunakan untuk menganalisis dan menjawab permasalahan yang diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Hasil pembahasan dengan analisis data yang diperoleh dari studi pustaka adalah menjelaskan pengaruh pembelajaran dalam Sekolah Bertaraf Internasional dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya terhadap kemampuan membaca dan berbicara dalam bahasa Indonesia dapat terlihat dari sisi pelafalan kata, khususnya pada kata-kata serapan dari bahasa asing. Sedangkan pengaruh terhadap kemampuan menulis terlihat dari diksi atau pilihan kata. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia siswa adalah mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan bahasa Indonesia[2]
Pandangan Publik
Pemerintah
Kritik yang paling banyak orang bicarakan adalah kesalahan asumsi bahwa Sekolah BERTARAF internasional itu harus diajarkan dalam bahasa asing (Inggris khususnya) dengan menggunakan media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD . Padahal negara-negara maju seperti Jepang, Perancis, Finlandia, Jerman, Korea, Italia, dll. tidak perlu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar jika ingin menjadikan sekolah mereka BERTARAF internasional. Sekolah kita pun sebenarnya tidak perlu harus mengajarkan materi hard science dalam bhs Inggris supaya dapat dianggap bertaraf internasional. Kurikulumnyalah yang harus bertaraf internasional atau dalam kata lain tidak dibawah kualitas kurikulum negara lain yang sudah maju. Jadi fokus kita adalah pada penguatan kurikulumnya. Penguatan kemampuan berbahasa Inggris bertaraf internasional bisa dilakukan secara simultan dengan memberi pelatihan terus menerus kepada guru-guru bhs Inggris yang mempunyai beban untuk meingkatkan kompetensi siswa dalam berbahasa Inggris. Selama ini siswa-siswa kita yang melanjutkan pendidikannya di luar negeri tidak pernah diminta untuk mempunyai persyaratan berstandar Cambridge, umpamanya. Jika mereka memiliki tingkat penguasaan yang tinggi dalam bidang studi dan mereka mampu memiliki kompetensi berbahasa Inggris yang baik maka mereka selalu bisa masuk ke perti di luar negeri. Bukankah selama ini mereka tidak pernah ditest masuk dengan menggunakan materi Matematika, Fisika, kimia, Biologi, dll dalam bhs Inggris? Ada satu hal lagi yang dapat membuat kita semakin ragu dengan pandangan pemerintah terhadap pendidikan di Indonesia yaitu anggapan bahwa bahwa Sekolah Bertaraf Internasional hanyalah bagi siswa yang memiliki standar kecerdasan tertentu. Kurikulum yang bertaraf internasional dianggap tidak bisa diterapkan pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata. Ini juga mengasumsikan bahwa SNP (Standar Nasional Pendidikan) hanyalah bagi mereka yang memiliki tingkat kecerdasan ‘rata-rata’. Ini adalah asumsi yang berbahaya dan secara tidak sadar telah ‘mengkhianati’ SNP itu sendiri karena menganggapnya sebagai ‘tidak layak’ bagi siswa-siswa cerdas Indonesia. Lantas untuk apa Standar Nasional Pendidikan jika dianggap belum mampu untuk memberikan kualitas yang setara dengan standar internasional?
Masyarakat

Pandangan masyarakat mengenai RSBI, mungkin tergambarkan sebagai sekolah yang mewah, serba IT (Information Technology), dan diajar beberapa guru dari luar negeri. Ternyata, setelah masuk di beberapa sekolah RSBI, ternyata tak jauh berbeda dengan sekolah pada umumnya. Baik dari sisi fasilitas, hingga guru pengajarnya.

Data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Jatim terdapat 105 sekolah RSBI. Rinciannya, SD sebanyak 3 sekolah, SMP terdapat 39 sekolah, SMA tercatat ada 34 sekolah. Sedangkan untuk jenjang SMK terdapat 29 sekolah di Jatim yang berlabel RSBI. Melihat kondisi seperti ini, keberadaan lembaga pendidikan Indonesia untuk bersaing dengan lembaga pendidikan luar negeri akan sulit tercapai. Terlebih lagi, perhatian pemerintah terhadap keberadaan RSBI ini masih terlihat setengah hati.