Selasa, 04 Agustus 2009

Mitos Tentang Teknik-Teknik Haram
dalam Permainan Instrumen Musik
Kita tentu sering mendengar statement-statement tertentu tentang suatu teknik. Semisal untuk teknik vibrato posisi jari harus begini… untuk teknik sweep picking posisi tangan kanan dalam memegang pick harus begitu… sampai pendapat-pendapat ekstrem yang “mengharamkan” teknik tertentu.

Pendapat-pendapat semacam itu bukanlah hal baru. Nicollo Paganini (1782 – 1840) seorang  pemain violin yang berani menerobos teknik-teknik konvensional violin, pada masanya pernah menjadi cemoohan mainstream pemain violin. Tetapi pada masa lain telah pula mengilhami gitaris bernama Yngwie Malmsteen (1963 - …. ). Apa yang diperagakan Paganini dapat anda bayangkan dengan membandingkan permainan Yngwie namun di atas fingerboard violin. Dan dalam teknik violin konvensional, teknik paganini tidak diakui.
Teknik bending dalam gitar elektrik merupakan sebuah teknik dasar yang sangat populer, namun dalam gitar klasik teknik ini bukanlah teknik yang wajar untuk diterapkan (meskipun kenyataannya ada pula gitaris klasik yang memanfaatkan teknik ini dalam permainannya). Sementara vibrato dengan pergelangan tangan, dalam estetika gitar rock memiliki nilai yang sangat tinggi, tapi jika diterapkan dalam gitar klasik akan dianggap sebagai sebuah kesalahan teknik karena vibrato dengan teknik tersebut tidak hanya menggoyang nada, tetapi lebih jauh telah merubah pitch suatu nada ke nada yang lain.

Standar fingering untuk gitar elektrik adalah memainkan empat jari dari jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking. Dengan memainkan empat jari, permainan menjadi lebih efektif. Jangkauan nada menjadi lebih luas. Namun banyak gitaris-gitaris blues dan jazz yang jari kelingkingnya sama sekali tidak berfungsi namun tidak mempengaruhi nilai artistik dari musik yang mereka mainkan.

Teknik petik standar dalam gitar elektrik adalah menggunakan pick. Kemungkinan lain adalah finger picking menggunakan empat atau lima jari. Sementara pengembangan lain adalah hybrid picking yg menggabungkan antara picking standar dan fingerpicking. Sementara Bapaknya para gitaris jazz, Django Reinhardt, memainkan gitarnya dengan kuku ibu jari sebagai pick, sebuah teknik yang sangat tidak lazim. Namun sesungguhnya teknik tersebut berkembang jauh dalam melodi gitar keroncong. Memainkan melodi keroncong tanpa menerapkan teknik picking kuku ibu jari menjadi jauh lebih sulit.

Pertanyaannya adalah:

“Apakah dengan Paganini menggunakan teknik haramnya dalam violin menjadikan musik Paganini menjadi buruk?”

“Apakah permainan para gitaris blues yang tidak mampu menggunakan keempat jarinya menjadikan musik yang mereka mainkan menjadi jelek?”

“Apakah praktek tidak lazim yang dimainkan Djanggo dan para gitaris keroncong menjadikan musiknya menjadi jauh dari nilai artistik?”

Ketika kita memasuki sebuah warung makan, apakah yang disajikan di etalase adalah kompor, pisau, panci, ember dan lain-lain? Tentu bukan. Yang disajikan di etalase adalah Masakannya. Karena masakan di sini adalah tujuan atau produk, dan kompor adalah jalan atau alat produksi. Begitu pula dalam musik. Karya adalah tujuan atau produk, dan teknik adalah jalan atau alat produksi. Dalam musik Karya adalah proiritas sementara teknik hanyalah alat agar produk menjadi lebih baik.

Namun begitu, taknik-teknik standar seperti posisi fingering, picking, bending dan lain-lain adalah teknik paling efektif dari pengalaman beribu gitaris yang ada. Namun lagi, jika ada seorang gitaris tidak mampu bermain dengan teknik standar tentu tidak otomsatis menjadikan gitaris tersebut menjadi gitaris “yang tidak berguna”. Akan lebih “tidak berguna” lagi jika karyanyalah yang jauh dibawah standar.